Antara - Kamis, 17 Desember
"Kalau benar Wapres Boediono menyatakan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) itu harus menyuarakan kepentingan Pemerintah semata, ini kemunduran demokrasi, karena kebebasan pers tidak bisa demikian," katanya kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan itu merespon pernyataan Wakil Presiden (Wapres) Boediono ketika berpidato pada puncak peringatan HUT ke-72 Perum LKBN ANTARA, Senin (14/12) awal pekan ini.
"Mohon maaf dan tolong dikoreksi jika saya salah. Tetapi yang saya tangkap dari pernyataannya yang dimuat di beberapa media `meanstream`
Fayakhun Andriadi juga berharap, dalam posisi sebagai "acting president" (karena
"Jangan lagi memundurkan jarum jam demokrasi dengan menyatakan pers milik publik (Lembaga Penyiaran Publik) itu harus menyuarakan kepentingan Pemerintah. Jangan bikin tindakan `off-side` kedua kali-lah. Sudah sedang dalam masalah karena diduga terlibat kasus Bank Century, ini lagi bikin pernyataan yang kurang proreformasi dan demokrasi," tandasnya.
Secara terpisah, anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan di
"Jadi, mau diapakan lembaga pers perjuangan ini? Apakah jadi lembaga informasi BUMN, penyambung lidah Pemerintah, atau jurnalis independen yang investigatif," ujarnya mempertanyakan.
Namun, Tjahjo Kumolo yakin seyakin-yakinnya, LKBN ANTARA yang tengah berproses ke arah format baru setelah ditetapkan sebagai Perum, tidak akan kehilangan identitasnya sebagai pers perjuangan dengan peran sangat signifikan dalam sejarah kebangsaan Indonesia sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI.
Sumber: http://id.news.yahoo.com/antr/20091217/tpl-media-publik-jangan-hanya-menyuaraka-cc08abe.html