Sukses 100 Hari Disangsikan

JAKARTA - Partai non-koalisi meragukan klaim keberhasilan program kerja 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Pernyataan keberhasilan itu dianggap hanya klaim sepihak.Anggota Fraksi PDIP DPR, Ganjar Pranowo, mengatakan, paparan pencapaian KIB II perlu dipertanyakan. "Apa benar itu dimulai dari kabinet jilid dua atau merupakan finalisasi program kerja yang dicanangkan sejak pemerintahan SBY dimulai lima tahun silam," kata Ganjar, Kamis (4/2).

Ketika SBY mengatakan berhasil menyediakan program air minum bagi 1.400 desa, Ganjar justru menam-piknya sebagai pencapaian program kerja 100 hari. Menurut dia, pemerintah dan DPR sudah sedari lama membahas soal program tersebut.Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Ahmad Muzani, yang juga mengatakan bahwa pengakuan keberhasilan 90 persen program kerja SBY hanya klaim sepihak.

Di bidang hukum, ia melihat masih banyak persoalan yang tidak terselesaikan. Sedangkan, di bidang kesejahteraan rakyat, tingkat kehidupan masyarakat tidak membaik. Semasa program 100 hari justru harga bahan pokok, seperti harga beras, gula, telur, hingga gas, membumbung tinggi.Politikus Hanura, Akbar Faisal, juga menyangsikannya. Dikatakannya, ia belum pernah mendengar program kerja para menteri diumumkan ke publik sebelumnya.Parameter keberhasilan yang dikatakan SBY, yakni 90 persen, pun tidak jelas. "Yang saya lebih heran, sebagai orang yang menyukai pencitraan, mengapa dia tidak langsung sebut saja berhasil 100 persen."

Pertahanan
Anggota dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun An-driadi, juga mempertanyakan sekaligus menyesalkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang dinilainya belum menyelesaikan masterplan pertahanan Indonesia.Padahal, di masa persidangan pertama, blue print pertahanan dimasukkan dalam program 100 hari. "Ini 100 harinya sudah lewat, masterplan-nya belum juga jadi. Saya belum terima, padahal janjinya Desember tahun lalu sudah harus diserahkan ke Komisi I."

Akibat tidak adanya masterplan, kata Fayakhun, kebijakan Dephan menjadi tidak terencana dengan baik dan tidak ada skala prioritas kebutuhan pertahanan. Selain itu, kebijakan Dephan kerap membuat Komisi Pertahanan DPR tersinggung karena tidak dikomunikasikan sebelumnya."Kami kerap kali terke-jut-kejut dengan sikap Dephan. Ujug-ujug kami dengar di media, Dephan mau beli Tukano, padahal kami belum pernah diajak bicara. Ntar dulu, mengapa harus Tukano?" ujarnya.Selama ini, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi I, Dephan tidak pernah menyampaikan blue print pertahanan untuk 5,10, 20 tahun ke depan. Hal yang dilakukan Dephan masih sepotong-sepotong dan parsial.

Sumber : Koran Republika, 05 Feb 2010 .

Politik
BERITA

Design by Azis Lamayuda (Do The Best To Get The Best)