Krisis Korea dan Masa Depan Alutsista Indonesia

Perang Korea-Foto DetikPos
Oleh: Fayakhun Andriadi, Anggota Komisi I DPR RI 

Korea Selatan merupakan salah satu negara penting yang menjalin kerjasama alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dengan Indonesia.

Invasi Korea Utara dengan lusinan bom artileri ke Yeonpyeong pada Selasa (23/11) lalu yang menewaskan dua tentara marinir Korea Selatan, belasan terluka, dan menyulut ledakan yang membakar sejumlah rumah pemukiman, semakin menambah tensi krisis di Semenanjung Korea. Hingga saat ini, kedua negara yang terpisah pasca kemenangan Blok Sekutu pada Perang Dunia II tersebut, di ambang perang terbuka.

Kondisi ini tidak hanya menambah kekhawatiran pihak-pihak yang selama ini turut terlibat dalam persoalan Korea, seperti beberapa negara Eropa dan Amerika, Cina dan Jepang, tapi juga akan berpengaruh negatif pada negara-negara lain, khususnya Indonesia.

Secara khusus, Korea Selatan merupakan salah satu negara penting yang menjalin kerjasama alat utama sistem persenjataan dengan Indonesia. Tercatat, dua kali kunjungan pemerintah Korea Selatan pada Agustus dan Oktober lalu, mengagendakan kerjasama alutsista. Pada 11 Agustus 2010, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Tae-Young di Jakarta, membicarakan hubungan bilateral tentang peningkatan kerjasama dalam industri pertahanan. Terakhir, pada 25 Oktober 2010, Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono menerima kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Korea Selatan, Jenderal Eui Don-Hwang, di Jakarta, juga membicarakan kerjasama militer dengan Korea Selatan.

Kedua pertemuan itu disambut baik oleh pemerintah Indonesia, mengingat Korea Selatan merupakan negara yang terkenal dengan kecanggihan teknologi alutsista yang juga menjadi salah satu sumber kemakmuran ekonomi negara tersebut. Namun krisis Korea yang cenderung mencapai titik kulminasi di ambang perang terbuka, tentu saja membuahkan persoalan besar bagi harapan Indonesia untuk menjalin kerjasama alutsista.

Tidak sedikit poin kerjasama yang telah dihasilkan. Pertemuan Menhan, Purnomo Yusgiantoro dengan Kim Tae-Young, salah satunya membahas proyek pembuatan pesawat tempur KFX yang rencananya dimulai pada 2012. bahkan kerja sama tersebut diharapkan bisa menghasilkan prototipe pesawat tempur pada 2020, dengan mewujudkan Indonesia sebagai base produksi.

Tidak hanya itu, Indonesia juga berencana memesan pembuatan kapal selam 2-4 buah, kapal perang, melakukan kontrak pembelian panser, juga meriam. Alat perlengkapan pun tidak luput dari kerjasama dengan Korea Selatan, salah satunya adalah parasit yang telah dipesan 2 tahun lalu. Mengingat kondisi krisis Korea yang justru terkesan menempatkan Korea Selatan sebagai pihak yang tersubordinasi, justru signifikansi kerjasama alutsista menjadi menurun.

Di tengah upaya peningkatan alutsista dengan dukungan anggaran besar, tidak ada pilihan lain kecuali mendesak pemerintah Indonesia untuk bersikap pro-aktif memantau kondisi krisis Korea. Masyarakat patut memandang persoalan ini sebagai persoalan yang akan berdampak signifikan pada dimensi pertahanan dan kedaulatan bangsa. Sebab, dampak krisis Korea secara logis akan membuat Korea Selatan lebih banyak berpikir tentang kondisi alutsista mereka sendiri, sebelum terlebih lanjut melakukan kerjasama dengan negara lain, termasuk Indonesia.

Sangat mungkin, berbagai rencana kerjasama alutsista yang telah dijalin dan diperkuat dengan desain rencana pembuatan dan pembelian saat ini akan mengalami hambatan pengiriman ataupun kemungkinan anggaran yang sudah diserahkan menjadi hilang. Paling tidak, pemerintah perlu melakukan kajian dan evaluasi ulang kerjasama alutsista dengan Korea Selatan, atau mencari solusi alternatif kemungkinan untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara lain.

Komisi I DPR

Design by Azis Lamayuda (Do The Best To Get The Best)